Tradisi Membalut Pohon Besar

Sleman | Kin.Co.Id  – Sekolah Ekolitareasi Hangrukti Bumi Lestari Bersama dengan Sekolah Air Hujan Banyubening mengadakan acara membungkus atau membalut pohon dengan kain poleng (kotak-kotak hitam putih), pada sabtu 23 Maret 2024. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program Nandur Tuk Memetri Tuk (Menanam Mata Air, Memelihara Mata Air), suatu rangkaian kegiatan konservasi air yang sedang berjalan dimotori oleh kedua sekolah tersebut. Lokasi pembalutan pohon ada di Kali Trasi, salah satu kali penyuplai air ke Sungai Code. Sungai Code adalah salah satu sungai terbesar di Yogyakarta.

Adapun pohon yang dibalut adalah pohon bulu (Ficus villosa), sebuah pohon yang memiliki kemampuan mengkonservasi air. Pohon setinggi puluhan meter dengan keliling 5.5 m (diameter pohon 1,75 meter) ini tumbuh sangat subur di pinggir Kali Trasi, disamping puluhan pohon gayam (Inocarpus fagiver) yang tumbuh di sepanjang kali ini. Pohon bulu ini dipilih karena merupakan pohon terbesar yang ada di kali Trasi. Pohon bulu, sebagaimana keluarga pohon ficus lain, memiliki kemampuan menjaga sumber air, dan kemampuan menyaring sehingga air yang dikeluarkan di bawah pohon ini bersih. Kemampuan yang sama dimiliki juga oleh pohon gayam. Kelestarian air kali Trasi, baik dari sisi kebersihan maupun debitnya, tidak lepas dari terjaganya keberadaan pohon-pohon besar ini di sepanjang kalinya.

Tradisi membalut pohon dengan kain merupakan tradisi yang sudah lama hidup di masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa dan Bali. Tradisi ini masih hidup sangat baik di Bali, tetapi sayangnya di Jawa sudah mulai banyak ditinggalkan. Pembalutan pohon dilakukan sebagai penanda bahwa pohon tersebut mempunyai peran sangat penting dalam menjaga lingkungan dan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini menjaga air, udara yang bersih, sehat dan segar, menyuplai oksigen, menjadi naungan/peneduh, menjadi tempat hidup dan penyuplai makanan bagi berbagai makhluk hidup. Pohon-pohon tersebut menjaga kita semua, sehingga sudah seharusnya kita juga harus menjaga dan merawatnya. Oleh karena itu, menjaga pohon juga merupakan simbol ungkapan syukur kepada penciptanya. Kain poleng, yaitu kain bermotif kotak-kotak hitam-putih seperti papan catur, digunakan sebagai kain pembalut pohon. Kain poleng hitam-putih memiliki makna bahwa di alam segala sesuatu yang ada berdampingan secara seimbang-harmonis. Ini menjadi pengingat agar manusia tidak bertindak seenaknya, sehingga merusak tatanan alam yang ada. Poleng juga merupakan simbol Rwa Bhineda, yaitu adanya kesadaran tentang eksistensi dari dua hal berlawanan, misalnya siang-malam, baik-buruk, tumbuh-meluruh dan lain-lain, yang semuanya harus seimbang.

Acara pembalutan pohon melibatkan pegiat konservasi di wilayah tersebut, pemuda peduli lingkungan, mahasiswa, dan masyarakat di wilayah kali Trasi. Diawali dengan survei lokasi beberapa hari sebelumnya, acara pembalutan pohon diakhiri dengan doa dan buka puasa Bersama di joglo Sekolah Air Hujan Banyubening, di Dusun Tempursari, Sardonoharjo, Sleman Yogyakarta. Diharapkan, kegiatan ini dapat menggugah masyarakat untuk semakin peduli untuk menjaga dan merawat pohon-pohon konservasi di sekitarnya, dan semakin aktif menjaga lingkungannya.

 

Editor & publisher: mahmudi

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.