Air Hujan Solusi di Desa Makamhaji

Sleman | Kin.Co.Id – Dalam rangka peningkatan kapasitas SDM dan Sharing informasi pengetahuan, inovasi tentang pengelolaan program pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Wahyu Tumurun Desa Makamhaji melakukan kunjungan silaturahmi ke Sekolah Air Hujan Banyu Bening untuk Study Tiru memahami secara detail Pemanfaatan Air Hujan yang selama ini diabaikan bahkan di cela sebagai penyebab terjadinya bencana. (14/9/2024).

Menurut Wasimin (Koordinator BKM) dalam sambutannya, air tanah di Desa Makamhaji sudah tidak layak di konsumsi, dan pertambahan penduduk semakin meningkat hingga menyebabkan air tanah menipis karena jumlah penduduk bertambah. Hal ini di kalkulasikan jika membeli air 600ml seharga Rp 3000,- di kalikan 30 hari Rp 90.000,- dikalikan 1 tahun, apakah hanya 600ml kebutuhan kita dalam sehari, belum lagi jumlah keluarga. Inilah yang menjadikan Wasimin terketuk untuk mengajak para pengurus BKM nya belajar bagaimana cara mengolah air Hujan yang benar di mulai dari cara menampung nya hingga di konsumsi, agar musim kemarau masih punya cadangan air hujan.

Konsep 5M (menampung, mengolah, minum, menabung, mandiri) adalah konsep yang tepat untuk di jadikan gerakan serentak di desa Makamhaji, ungkap Sri Wahyuningsih (Yu Ning) sebagai Founder Sekolah Air Hujan Banyu Bening yang juga pengisi materi. Kita harus cerdas dalam menyikapi permasalahan air yang semakin tahun rutin menjadi permasalahan Nasional.

Perlu ada kesadaran dan tauladan dalam menyikapi permasalahan air. Jika terus menerus kita ambil air tanah tanpa mengembalikan, ini akan menjadikan permasalahan besar dalam meninggalkan Warisan anak keturunan kita nanti. Perlu di ingat bahwa apa yang kita rasakan dan nikmati saat ini adalah warisan dari Nenek Moyang kita yang bijak dalam menjaga kelestarian alamnya.

Di mulai dari diri sendiri adalah Tauladan yang nanti akan di ikuti yang lainnya. Merubah cara pandang tidaklah mudah, perlu keyakinan dan mengaplikasikan agar bisa merasakan keberkahan air hujan yang murni yang belum tercemar oleh bakteri E. Coli. Bakteri E. Coli berada di tanah di sumber air seperti sumur mungkin lebih rentan terhadap kontaminasi E. coli setelah banjir, terutama jika sumur dangkal, telah digali atau dibor, atau terendam oleh air banjir dalam waktu lama, belum lagi air yang berada di sungai yang tercemar banyaknya sampah-sampah di atas nya. Inilah pentingnya warga Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasuro, Kabupaten Sukoharjo mulai beralih di air hujan melalui BKM Wahyu Tumurun.

“Mewariskan Mata Air lebih Mulia daripada Mewariskan Air Mata”

“Siapa lagi kalau bukan Kita”

 

Editor&publisher: mahmudi

 

 

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.