Pemanfaatan dan Pengelolaan Instalasi Pemanen Air Hujan SMP Negeri 4 Pakem Yogyakarta

Yogyakarta | Kin.Co.Id – Saat ini dunia sedang menghadapi krisis air bersih yang semakin memprihatinkan, hal ini di picu oleh perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan polusi. Meskipun Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi, distribusi dan akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan di banyak daerah. Konservasi dan Mitigasi sangat penting untuk menjadi sebuah Gerakan tidak hanya di lakukan di luar pendidikan. Ini adalah sebuah tantangan agar dunia pendidikan memulai untuk ikut aksi mendorong solusi ini yang berkelanjutan. Karena Bumi tidak baik-baik saja.

SMP Negeri 4 Pakem yang ada di Yogyakarta berkomitmen untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan pada peserta didik, salah satu upaya yang di lakukan adalah dengan mengadakan Workshop 2 hari (18-19 Juni 2025) yang bertajuk “Eco Warrior Muda” : selamat air untuk lingkungan berkelanjutan yang di ikuti oleh siswa didik kelas 7 ( 5 kelas ) dan 8 ( 5 kelas) sebagai institusi pendidikan, sekolah mempunyai peran krusial dalam membentuk kesadaran lingkungan peserta didik apalagi di era menghadapi krisis air bersih yang semakin meluas sebagai salah satu perubahan iklim, pertumbuhan populasi dan degradasi lingkungan. Namun seringkali penggunaan air di lingkungan sekolah belom bijak, belom dapat ter internalisasi dengan baik hal ini di lihat dari konsumsi harian air yang tinggi baik itu untuk kegiatan menyiram tanaman keperluan toilet atau untuk kebersihan lainnya dan semua ini masih bergantung pada air Tanah.

SMP Negeri 4 Pakem juga memiliki komitmen terhadap pendidikan lingkungan melalui program Adiwiyata dalam upaya mewujudkan anak didik peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah terutama mengenai aspek konservasi air telah terpasang instalasi pemanen air hujan (IPAH) di area tersebut. Namun pemanfaat instalasi ini belom optimal dan kesadaran kolektif belom maksimal.

Potensi air hujan yang melimpah belum termanfaatkan dengan baik dan masih ketergantungan pada air tanah perlu di bangun kesadaran bersama untuk meminimalkan eksploitasi air tanah yang berlebihan upaya inilah yang di harapkan dari workshop tersebut bahwa pemanfaatan air hujan menjadi solusi air bersih saat ini untuk itu perlunya meningkatkan kesadaran terhadap kondisi krisis air saat ini dan solusi mudah yang bisa di lakukan mengintegrasikan IPAH sebagai solusi konkrit dan berkelanjutan di lingkungan sekolah menjadi hal yang krusial untuk mendorong partisipasi aktif dalam pengelolaan air hujan.

Pembekalan 18 juni 2025 yang diikuti kelas 7 diberikan materi instalasi gama rain filter (IPAH) bagaimana cara merakit dan cara kerja alat ini semua disampaikan dengan gamblang oleh Sri Wahyuningsih (Founder Sekolah Air Hujan Banyu) yang menjadi Narasumber.
Peserta didik juga praktek merakit IPAH dari perwakilan masing-masing kelas “harapannya agar mengerti konsep IPAH dan mampu memelihara untuk keberlangsungan di sekolah ini” ungkap Ahmad Juanda, S. Pd., Gr., M. Pd. sebagai guru pengampu program Adiwiyata.

Hari kedua tgl 19 Juni 2025 diberi pembekalan tentang teknologi elektrolisa air hujan, teknologi ini merupakan teknologi pengolahan lanjutan air hujan konsep elektrolisa air adalah memecah partikel air H2O dipecah menjadi 2 unsur penyusunan Hidrogen (yang dikenal dengan air Basa) dan oksigen (yang dikenal dengan air asam) manfaat air basa untuk minuman sehari-hari sedangkan air asam untuk perawatan kulit, mencuci buah, sayuran, membersihkan porselin, bahkan mempunyai kandungan antiseptik. Air asam ini juga optimal untuk perawatan luka, sakit gigi, sariawan dan lain-lain nya. Alat Elektrolisa ini perlu di ketahui untuk meningkat kan kualitas air hujan yang sudah bersih menjadi lebih bagus kualitas nya yang utama dengan syarat SOP (Standar Operasional Prosedur) IPAH nya.

Siswa didik juga praktek menginstal alat elektrolisa yang masing-masing kelas dengan perwakilannya agar paham secara teknis dan cara kerjanya. Serta mempreaentasikan secara detail yang sudah di sampaikan Narasumber sebelumnya.

Workshop 2 hari ini juga diawali dengan uji sampel air yang dibawa oleh masing-masing peserta didik agar menjadi inside baru bagi peserta didik betapa besar paparan air tanah (TDS) berbeda sekali di banding dengan air hujan, alat yang di gunakan bernama TDS tester.

Workshop yang di ikuti antusias oleh peserta didik ini harapannya mampu membuka cara pandang mereka terhadap air hujan dan pengelolaan yang tepat salah satu solusi air bersih yang mudah di akses gratis dan bagian dari adaptasi perubahan iklim. semoga kegiatan ini menginspirasi lembaga-lembaga pendidikan lainnya dan masyarakat pada umumnya untuk “Berani Berubah”.

“Siapa lagi kalau bukan Kita”

Kontributor ;Ainaya Nurfadila

Editor&publisher: mahmudi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *