Dapur MBG di Desa Sentul Diduga Lalai, Telur Mentah Didistribusikan ke SDN Sentul Jaya 1 Wali Murid Prihatin

 

Tangerang | kin.co.id – Sejumlah wali murid SDN Sentul Jaya 1, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, menyampaikan keprihatinan terhadap pelaksanaan program Makan Bergizi (MBG) pada Jumat lalu. Dalam kegiatan tersebut, dapur MBG yang berlokasi di Jalan Raya Serang, Desa Sentul, Kecamatan Balaraja, dilaporkan mendistribusikan telur mentah langsung kepada siswa tanpa pengawasan atau arahan yang memadai.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua. Mereka menilai anak-anak usia sekolah dasar belum memahami cara menyimpan maupun mengolah bahan pangan mentah dengan aman. Wali murid menegaskan bahwa dapur MBG seharusnya memastikan makanan yang dikirim sudah matang, higienis, dan layak konsumsi, bukan bahan mentah yang berisiko rusak atau terkontaminasi.

Bahkan sebelumnya, sempat beredar laporan bahwa menu ayam yang kurang matang dan masih terdapat darah segar juga pernah didistribusikan oleh dapur MBG Sentul. Informasi tersebut turut dibenarkan oleh salah satu karyawan dapur MBG Sentul yang mengakui adanya kekeliruan pada proses pengolahan di hari sebelumnya.

Ketua Umum DPP BIAS Indonesia, Eky Amartin, mengecam kelalaian tersebut dan menegaskan bahwa pengawasan terhadap program pemerintah seperti MBG harus diperketat.

“Tujuan program MBG itu baik untuk memenuhi gizi anak-anak sekolah. Tapi kalau dapur MBG di Desa Sentul malah menyalurkan telur mentah tanpa kontrol, itu pelanggaran prinsip keamanan pangan. Kami akan meminta Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang untuk segera melakukan evaluasi,” tegas Eky Amartin.

“Anak-anak tidak boleh jadi korban dari sistem distribusi yang asal-asalan. Ini menyangkut keselamatan dan kepercayaan publik terhadap program nasional,” tambahnya.

Sementara itu, Asep S. alias Abenk, Ketua Badak Banten Kecamatan Balaraja sekaligus salah satu wali murid, menilai kasus ini mencerminkan lemahnya tanggung jawab pelaksana kegiatan di lapangan.

“Kalau dapur MBG sudah mendapat anggaran untuk menyediakan makanan bergizi, maka wajib memastikan yang dikirim ke sekolah itu sudah matang, higienis, dan aman dikonsumsi. Bukan telur mentah yang dibagikan begitu saja ke anak SD,” ujarnya.

“Kami minta pemerintah daerah turun tangan. Ini menyangkut kesehatan generasi muda. Kalau tidak ada evaluasi, bisa terulang lagi di sekolah lain,” tegas Abenk.

Ketika dikonfirmasi terkait hal tersebut, pemilik dapur MBG di Desa Sentul memberikan tanggapan bahwa pihaknya akan melakukan perbaikan dan evaluasi ke depan.

“Dapur baru satu dua lauk kurang matang masih dalam batas wajar. Alhamdulillah juga sudah ada SPPG untuk daerah Balaraja, masih banyak daerah yang belum menerima manfaat tersebut. Alhamdulillah pengangguran daerah sekitar SPP bisa terserap, dan semua laporan juga sudah ke Kodim,” ujar pemilik dapur MBG saat dikonfirmasi.

“Kami sudah adakan meeting dengan seluruh tim dapur untuk perbaikan ke depannya. Terima kasih atas masukannya untuk evaluasi kami,” tambahnya.

Menanggapi klarifikasi tersebut, Ketua Umum DPP BIAS Indonesia menilai pernyataan “masih dalam batas wajar” justru menunjukkan lemahnya kesadaran akan tanggung jawab moral dalam pengelolaan makanan bagi anak sekolah.

“Tidak ada yang namanya wajar untuk lauk kurang matang atau telur mentah yang sampai ke tangan siswa. Ini masalah serius. Dinas terkait harus turun dan memastikan sistem dapur MBG benar-benar aman,” pungkas Eky Amartin.

Para wali murid berharap kejadian serupa tidak terulang kembali, dan meminta agar setiap dapur MBG benar-benar memberikan makanan matang, bergizi, serta aman dikonsumsi anak-anak. Mereka menegaskan, tujuan program peningkatan gizi seharusnya tidak berubah menjadi ancaman kesehatan akibat kelalaian dalam pengolahan makanan.

 

(Tim/kin.co.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *