KABUPATEN PURWAKARTA | Kin.co.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) BMKG menjelaskan bahwa perkiraan awal musim hujan di Indonesia akan terjadi pada bulan September hingga November 2022. Merespon kondisi tersebut, Jasa Tirta II terus melakukan update pemasangan tambahan alat Automatic Water Level Recorder (AWLR) di 22 titik wilayah kerja yaitu Sungai Cilamaya, Ciasem, Ciwidey, Cilangkap, Cikarang, Cilemahabang, muara 7 sungai Cipunegara, muara Sungai Cijurey, Bendung Barugbug, Gadung, Macan, Bekasi, Cibeet, Cikarang, Cipamingkis, inlet Cipancuh, Waduk Cipancuh, Situ Kamojing, Gerbang Radial Ubrug, Tailrace, Waduk Ir. H. Djuanda, B.Tt. 21, dan Saluran Tarum Utara.
Alat AWLR ini merupakan salah satu instrument telemetri untuk mengukur ketinggian udara secara otomatis dan kontinu dengan hasil pengukuran berupa grafik hubungan antara muka air dengan waktu (hidrograf).
Sampai tahun 2022, Jasa Tirta II telah memiliki sekitar 106 instrumentasi telemetri yang telah terpasang dan tersebar di seluruh wilayah kerja Jasa Tirta II, terdiri dari Automatic Water Level Recorder, Automatic Weather Sensor, Automatic Rainfall Recorder, Water Quality Sensor dan Water Meter.
Instrumen ini berfungsi untuk melakukan pemantauan air rutin secara online (realtime) baik kuantitas maupun kualitas SDA sebagai antisipasi banjir, pemenuhan air baku maupun air termasuk Flood Early Warning System (FEWS), Water Security dan Food Security System. Semua ini merupakan bagian dari Smart Water Operation Management (SWOM)
Melalui instrumen telemetri tersebut, Jasa Tirta II terus meningkatkan pemantauan muka air waduk, bendung, bendungan, sungai dan lokasi-lokasi yang rawan banjir di musim penghujan ini. Jasa Tirta II juga memiliki sistem FEWS untuk memitigasi bencana banjir dan efisiensi pelaksanaan pemantauan banjir.
FEWS adalah suatu sistem peringatan dini yang diterapkan di wilayah kerja Jasa Tirta II untuk memperoleh informasi lebih awal kondisi di lapangan, baik di wilayah kerja bagian hulu, hilir maupun wilayah kerja bagian timur dan barat.
Sedangkan SWOM merupakan sistem operasi dan pengelolaan Sumber Daya Air yang telah menerapkan teknologi informasi, sehingga dapat mendukung dalam proses pengambilan keputusan.
Sistem yang terpadu ini memudahkan Jasa Tirta II dalam melakukan pemantauan muka air, khususnya pada kondisi banjir, dan dalam perumusan langkah – langkah antisipasi yang harus dilakukan dengan lebih baik dan lebih cepat.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan Jasa Tirta II Anton Mardiyono mengatakan optimalisasi instrumen telemetri merupakan bagian dari transformasi digital Jasa Tirta II dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, sebagai langkah adaptif untuk mengoptimalkan kinerja dengan alat dan aplikasi berteknologi.
“Ini bagian dari komitmen Jasa Tirta II dalam mewujudkan Smart Water Management dalam mendukung pengelolaan sumber daya air terintegrasi yang lebih efektif, efisien dan akurat,” ucap Direktur Operasi dan Pemeliharaan Jasa Tirta II Anton Mardiyono.
Selain menggunakan instrumen telemetri, pemantauan kantor sumber daya air di kerja Jasa Tirta II dilakukan secara langsung oleh operator lapangan diberikan aplikasi Mobile/Android untuk melaporkan kondisi hidrologi di lapangan secara langsung agar informasi dapat diterima dengan cepat oleh pusat sehingga aplikasi ini dapat menjadi Sistem Pendukung Keputusan (merah)