Sleman | Kin.Co.Id – warga Tempursari berkumpul di pelataran Sekolah Air Hujan (SAH) Banyu Bening Sleman, Minggu (7/9/2025) untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit dengan lakon Banyu Urip yang dibawakan oleh dalang sekaligus pemahaman pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Prof.
Pertunjukan ini menjadi bagian penting dari rangkaian Kenduri Banyu Udan ke-10 SAH Banyu Bening Sleman sebuah agenda tahunan yang telah dikenal luas sebagai ruang refleksi, edukasi, dan budaya perihal pentingnya pengelolaan hujan air bagi kehidupan.
Wayang kulit bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntunan. Melalui lakon Banyu Urip, Prof. Junaidi mengajak masyarakat memikirkan kembali filosofi udara sebagai sumber kehidupan. Air bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik, namun juga memiliki makna spiritual, sosial, bahkan kultural.
Setelah ishoma di lanjut “Seminar Nasional” yang di hadiri tokoh-tokoh besar Arif Jamali Muis, S. Pd., M. Pd. (Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah serta Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY), Makan, S. TP., M. T. (Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman), dan dari Kampus ternama ada Dr. H. Edi Sukardi, M. Pd (Wakil Ketua PP Muhammadiyah & Rektor Universitas Muhammadiyah Bogor Raya), Prof. Dr-Ing. Ir. Agus Maryono, IPM. ASEAN. Eng. (Dekan Sekolah Vokasi UGM), Prof. Dr. Junaidi, S. Karo., M. Hum (Dosen Pedalangan ISI Yogyakarta), Dr. Cipto Suncoko,. M. Pd. (BPMP DIY), Kyai Cepu (Kusen, S. Ag., M.A.,Ph.D) Wakil Ketua LS PP Muhammadiyah & Dosen. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Sri Wahyuningsih, S.Ag (Founder Sekolah Air Hujan Banyu) sebagai Tuan rumah kegiatan “Kenduri Banyu Udan ke 10”. Bahwa air hujan baik-baik saja di tinjau dari Agama, Seni, Budaya, Sains. Masyarakat tidak perlu ragu air hujan yang turun dari langit air yang bersih suci Mensucikan.
Air hujan menjadi solusi satu-satunya sumber air bersih saat ini dan kedepan. Adanya perubahan iklim, air hujan menjadi perwujudan nyata adaptasi terhadap perubahan yang terjadi saat ini. Kenduri ini mampu merubah cara pandang kita semua bahwa air hujan sangatlah bersih, murni. Harapan kedepan masyarakat Indonesia mandiri air dan menjadikan air hujan kebutuhan yang sangat penting, jangan sampai menunggu air tanah habis, kekeringan dimana-mana baru kita sadar memulai memanfaatkannya. Sudah saatnya juga Kita tidak lagi Eksploitasi Air Tanah, tapi saatnya mengembalikan air tanah yang selama ini Kita ambil untuk Anak Keturunan nantinya dan Makhluk hidup lainnya yang lebih duluan di Ciptakan sebelum manusia ada.
Kontributor : AJ. Purwanto
Editor&publisher: mahmudi