Yayasan Gugah Nurani Indonesia Bekerja Sama Dengan Sekolah Air Hujan Banyu Bening Bertema Pelatihan Konservasi Sumber Air dan Pengelolaan Air Hujan Sebagai Alternatif Sumber Air

Girimulyo | Kin.Co.Id –  01 Sept 2025
Yayasan Gugah Nurani Indonesia bekerja sama dengan Sekolah Air Hujan Banyu Bening memberi dukungan luar biasa kepada masyarakat Kapanewon Girimulyo dalam “Pelatihan Konservasi Sumber Air dan Pengelolaan Air Hujan sebagai Alternatif Sumber Air” selama 4 (empat) hari di Wisma Pancoeran Giripurwo (Pendopo Atas).

Hari pertama Sri Wahyuningsih sebagai Founder Sekolah Air Hujan Banyu Bening membuka acara dan langsung memberikan pemaparannya yang gak sperti biasanya. Di mulai dari jam 09.36 sampai 14.36 waktu yang panjang agar warga Girimulyo menyadari bahwa ternyata air hujan sangat luar biasa penuh Kemanfaatan. Warga yang hadir sangat antusias mendengarkan dan bertanya tanpa menunggu waktu tanya jawab yang ditentukan dan suasana semakin akrab dan ilmu yang di sampaikan menjadi spirit membangun kesadaran peserta masing-masing.

5 (lima) konsep air Hujan di jelaskan secara detail oleh Yu Ning (Sri Wahyuningsih) mulai dari menampung dengan manual yang juga langsung di praktekan oleh peserta. Yang terpenting Hujan awal lewatkan dulu selama 5-15 menit agar polutan (asap, debu) dan yang lain nya jatuh ke tanah hingga meyakinkan bahwa air hujan sudah bersih. Yu Ning juga menyampaikan indikator wilayah jika ada Capung (kinjeng, sibar-sibar) kualitas udara bagus dan bersih.

Di metode penampungan ke 2 (dua) yaitu ISLAH (Instalasi Sistem Lumbung Air Hujan) sangat penting untuk di aplikasikan di Girimulyo. Di saat memberikan materi, tiba-tiba hujan Turun yang beberapa waktu tidak turun hujan, ini Moment keberkahan yang langsung Tuhan berikan kepada Masyarakat Girimulyo, ungkap Cak Jie (Teknisi ISLAH). Air Hujan yang langsung di tadah (menampung) dengan gelas yang di ambil 2 (dua) sample, yang dari genteng dan talang TDS (Total Dissolved Solids) 26 ppm dan yang langsung dari langit TDS nya 22 ppm jadi memang tidak signifikan. Pada akhirnya peserta semakin yakin dan serentak berteriak “Ngombe Banyu Udan ben Ora Edan” (minum air hujan biar gak gila).

Di hari ke 3 (tiga) materi Elektrolisa (Air Hujan di setrum) yang di proses untuk meningkatkan kualitas air hujan yang di tampung dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang benar. Melalui proses penyetruman ini Air Hujan terpecah partikel nya menjadi 2 (dua) Rasa yaitu Asam dan Basa. Air Basa di minum dan yang Asam di manfaatkan untuk Luka Luar, sariawan sakit gigi, dan stamina yang hanya di minum 100ml stelah makan. Bagi yang punya asam lambung atau Maag di wajibkan makan dulu, ungkap Sapto Wahyu (fasilitator Elektrolisa).

Di hari terakhir “Mewariskan Mata Air lebih Mulia daripada Mewariskan Air Mata” dengan simbolis penanaman Ficus (Beringin) yang di tanam di lokasi sumber mata air Sabrang di pinggir kali menjadi penyemangat masyarakat Girimulyo untuk konsisten, Konsekuen dalam menjaga alam terutama sumber mata air untuk generasi keturunan yang makan datang. Bang Udin (Aktifitas Konservasi) menjelaskan secara detail mulai dari jenis tanaman konservasi dan mengajak untuk mencangkok di saat musim kemarau agar nanti di musim hujan,.masyarakat mandiri tidak bingung mendapatkan bibit yang akan di tanam. Bang Udin juga memberi gambaran bahwa bibit yang siap di tanam minim setinggi 1 meter dan di beri tanda agar tidak di tebang oleh masya2yang mencari makan ternak nya dan Sama2 saling menjaga, merawat, melestarikan, melindungi nya.

“Salam Konservasi, Stop Eksploitasi”

Kontributor ; AJ. Purwanto

 

Editor&publisher: mahmudi

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.